Kamis, 31 Januari 2019

Sebuah Pertemuan

Hai, sudah lama tak singgah ke tempat ini. Tempat yang dulu selalu aku singgahi untuk sekadar bercerita entah tentang hari-hariku, khayalan, atau keresahan yang sedang kurasakan.

Kini berbeda dengan dahulu. Dulu rasanya cukup mudah merangkai kata dan meninggalkannya di tempat ini, tapi sekarang entah mengapa rasanya banyak kosa kataku yang hilang.

"Tulisanmu adalah hasil dari bacaanmu", ya aku masih ingat akan kalimat itu. Dan aku yg saat ini adalah cerminan dari aku yang jarang membaca. Jadi terbentuklah diri yg kehilangan kosa kata.

"Halah, basa basimu terlalu panjang. Apa yang sedang kau pikirkan saat ini?", tanyanya dengan tak sabar

"Entahlah, rasanya seperti resah tapi tak tau masalah utamanya apa", begitu jawabku

"Bukankah kamu sering mengalami hal itu?", tanyanya lagi

"Ya, saking seringnya sehingga aku tak tau harus menyikapinya seperti apa lagi", pasrahku

"Haha, yasudahlah. Lupakan sejenak. Hiruplah udara segarmu saat ini, tenangkan pikiran, dan bagilah denganku saat kau sudah merasa harus membaginya. Aku selalu siap menjadi telingamu", hiburnya.

Haruskah aku berbagi cerita dengannya? Akan seperti apa reaksinya mendengar ceritaku yang konyol ini? Lihat nanti sajalah

Jumat, 20 November 2015

Ada kalanya

Banyak orang membicarakan cinta, sebenarnya seperti apakah cinta itu?
Jantung berdebar ketika berada di dekat seseorang, mungkinkah itu cinta?
Jantung berdebar hanya karena mendengar kabar tentangnya, seperti itukah cinta?
Selalu memperjuangkan sesuatu dan berusaha terlihat sempurna, itukah cinta?
atau seperti apa?

Ada kalanya aku teringat dia dengan segala perilaku konyolnya dan hal itu membuatku tersenyum sendiri, terkadang berharap dia hadir di waktu yang tepat, waktu di mana aku sedang merasa bosan dengan segala aktivitas.
Ada kalanya aku teringat dia dengan segala nasihatnya, kalimat-kalimat tegas yang diucapkannya. Mengatakan tidak untuk hal yang tidak sejalan dengan pemikirannya.
Ada kalanya aku teringat dia yang bahagia ketika menemukan kesalahan kecilku, seperti memarahiku adalah hobi terselubungnya.
Ada kalanya aku teringat dia yang tersenyum cerah meski sebenarnya dia memiliki seribu beban yang sedang dipikulnya.
Dan ternyata aku sadar, banyak hal yang membuatku selalu berpikir "ada kalanya aku teringat dia".

Jadi seperti apakah cinta? Apakah itu dapat disebut cinta? Atau itu hanya ilusi dari diri yang belum mampu menafsirkan arti cinta? Entahlah.

Gambaran Rindu

Seperti apakah gambaran rindu?
Apakah seperti burung-burung yang berkicau?
Apakah seperti bulir-bulir air yang membeku?
Atau seperti serpihan-serpihan rindu yang menyatu?
Menyatu menjadi satu ingatan selalu di setiap waktu

Apakah aku sedang merindu?
Atau aku hanya teringat bayangmu tanpa merindu?
Seperti apakah gambaran rindu itu?
Mungkinkah aku sedang merindu?

Kamis, 30 Juli 2015

Kamu Enggak Tahu Rasanya

"Berpisah denganmu, membuatku semakin mengerti" - Selamat Jalan Kekasih

Aku ingat saat kau pergi. Tidak. Tepatnya kita berpisah untuk meraih cita-cita masing-masing. Apa yang kau rasakan dulu saat kenyataan menuliskan kita harus berpisah? Apa kau sama kacaunya denganku? Saat kita berpisah aku kehilangan beberapa keping puzzle bersama dengan hilangnya kamu dari sudut pandangku. Kau terasa begitu jauh, jauh, dan semakin jauh. Namun, aku tak berhenti berkhayal untuk mendapat sapaan darimu walaupun itu hanya seucap "hai". Ya aku menunggunya saat-saat itu, walaupun nyatanya kau tak pernah melakukannya, namun aku masih melakukannya.

Kau datang. Tidak. Tepatnya kita bertemu kembali, kau seolah membawa keping puzzle yang dulu pernah kau bawa pergi. Namun, kau tidak membawa semuanya, ada kepingan puzzle yang sengaja kau buang. Aku memang hanya menduga-duga, tapi aku yakin kau memang membuangnya.

Kuhela nafas panjangku saat ku duduk di sampingmu, entah engkau menyadarinya atau tidak. Aku lelah berdiam lama tanpa kata di sampingmu. Aku ingin membicarakan banyak hal, namun aku tak sanggup untuk memulai. Aku ingin bertanya banyak hal tentang kehidupanmu, namun ketakutanku menguasai diri.

Teriakku pada alam bebas saat kau bermain di dekatku seperti isyarat dariku kalau aku membenci hal kaku yang terjadi di antara kita, tapi aku pun yakin kau tak pernah mengerti itu.

Ah iya, senyuman itu. Kita sama-sama tersenyum dalam satu frame yang sama, namun kini kita telah berbeda bukan? Aku tak lagi ada di dalam hidupmu, aku terlalu jauh untuk menyentuh kehidupanmu. Aku memang bukan apa-apa dan tak akan menjadi siapa-siapa di kehidupanmu.

Ah, banyak hal yang terjadi di kedatanganmu kali ini. Kau membuat segalanya berantakan. Baiklah, ini memang bukan salahmu. Sepenuhnya ini salahku. Salahku yang masih saja memikirkanmu. Silakan kau tertawa sepuasmu, aku memang pantas untuk kau tertawakan. Ini sungguh menggelikan bukan?

Bahkan untuk membencimu saja aku tak mampu ketika kau telah susah payah menyetting dirimu dengan apik agar aku membencimu.

Dan satu hal yang perlu kamu tahu, kamu enggak akan pernah tahu bagaimana rasanya karena kamu tak pernah menjadi diriku. Aku tak peduli kau mencaciku atau apa atas sikapku karena kau tak pernah benar-benar mengetahui apa yang kurasakan.

Jumat, 24 Juli 2015

Sepenggal Wacana Untukmu

Hai..
Apa kabar? Akhirnya kata itu hanya dapat tersangkut di benak saja, tak sedikit pun aku berani untuk menanyakannya langsung padamu.

"Aitakute", begitu tulisku waktu itu. Aku tahu kata itu dari sebuah lagu berbahasa Jepang yang merupakan original soundtrack Itazura Na Kiss, kalau tidak salah sih artinya Ingin bertemu kamu. Saat itu memang ada keinginan untuk bertemu denganmu, mendengar suaramu, melihat tawa renyahmu, dan memandangimu sepuasku. Haha.

Lalu takdir menjawab kita bertemu kembali pada satu pertemuan yang tak pernah kusangka kau akan menghadirinya. Ada rasa kebahagiaan kecil saat melihat hadirmu kembali, namun rasa bingung juga menyelimutiku mengingat sebelum ini aku merasa kesal dengan banyak hal tentangmu.

Ah. Sebenarnya aku malas membahas tentangmu karena itu sama saja menceritakan sisi lain diriku yang tak ku suka, sisi lain kepengecutanku. Aku membencinya karena aku tak bisa sepenuhnya jujur padamu. Tapi begini, tahukah kamu dalam pertemuan itu otakku tak berhenti memutar untuk berpikir?

Aku memikirkan bisakah aku dan kamu dapat seperti dahulu, tertawa riang dengan canda tawa secara lepas layaknya dua orang sahabat?
Aku memikirkan bagaimana membuat percakapan denganmu lagi?
Aku memikirkan akankah selamanya kita seperti ini, tak saling menyapa dan bertingkah tidak mengenal satu sama lain baik itu dalam dunia maya maupun nyata?
Aku memikirkan banyak hal saat iti, apakah kamu juga?

Aku merasa iri. Ya aku iri. Aku melihatmu dapat mudah berbincang dengannya, membicarakan banyak hal dengannya, dan bersikap akrab dengannya, namun mengapa tidak denganku?

"Lu aja enggak pernah mulai", ini yang ada dalam benakku. Tahukah kamu perlu waktu untuk mengumpulkan keberanianku saat aku akan mengeluarkan sebuah kalimat tertuju padamu? Sadarkah akan hal itu? Dengan usahaku yang menurutku keras, aku justru seperti tak mendapat timbal balik. Kau bisa bebas seperti burung terbang di udara ketika bercerita dengannya, namun tidak denganku.

Ah sorot mata itu, kau begitu antusias mendengar setiap kalimat yang keluar darinya, kau begitu antusias melihat tingkah lakunya, pokoknya saat itu kau begitu antusias saat bertukar cerita dengannya.

Aku hanya ingin kau bisa bertingkah seperti kau yang dulu dalam memperlakukanku sebagai teman, apakah kau tidak bisa? Kita pernah berteman akrab, namun tak sedikit pun terlihat dalam pertemuan itu kalau kita pernah berteman akrab.

Aku cukup mengerti dengan ungkapan "semua orang dapat berubah bahkan dalam hitungan detik", namun aku masih tak dapat memercayainya. Karena kau terlihat hanya berlaku dingin dan seperti tak peduli kepadaku. Benarkah demikian? Atau itu hanya prasangkaku saja?

Sungguh aku tak mengerti, aku tak paham, ah aku benar-benar tidak mengetahuinya. Jujur, kalau saja aku dapat mengucapkannya langsung, aku hanya ingin memohon dibukakan pintu maaf sebesar-besarnya atas kesalahanku pada masa lampau. Aku juga mau mengucapkan terima kasih padamu karena kau telah mengajarkanku begitu banyak macam pelajaran emosional dalam kehidupanku baik secara langsung maupun tidak langsung.

Aku banyak belajar darimu, terima kasih pernah ada dan membuat warna di kehidupanku. Semoga kau bahagia bersama dunia barumu.

Baiklah, ini hanyalah sepenggal cerita untukmu dari aku yang sulit untuk jujur mengatakan apa yang kurasakan padamu.